Kembali Elegimatik Blog akan memberi opini mengenai filsafat. Filsafat adalah mengenai kehidupan, dan kehidupan adalah tentang interaksi. Filsafat adalah mengenai diri kita sendiri. Filsafat membahas tentang yang ada dan mungkin ada. Filsafat juga menjelaskan tentang semua dan banyak hal, apakah banyak hal itu akan saling terkait atau berdiri sendiri. Untuk bisa memahami filsafat maka haruslah banyak membaca. Belajar filsafat harus dengan pemikiran yang terbuka.
Seorang filsuf pernah berujar bahwa orang dikatakan bisa berfilsafat apabila sudah bisa dipahami dalam berbicara filsafat dihadapan orang lain. Sesuatu tidak bisa dilihat dari satu sisi saja tapi bisa dilihat dari sisi tempo dulu dan sekarang. Segala sesuatu sifatnya tidak selalu tetap, kadang-kadang bisa berbeda. Berfilsafat itu tidak mesti hanya hal yang sekarang tapi bisa juga hal yang dulu. Kemarin dan sekarang adalah hal yang berbeda. Tidak ada jawaban yang salah itu salah semua jika diperbantahkan. Saat ini kita sedang melakukan critical thinking termasuk melakukan pembersihan simbol-simbol yang sudah berkarat atau pola pikir yang salah. Saat ini mahasiswa juga sedang berusaha untuk memahami apa yang dosen pikirkan. Ada sesuatu yang membedakan antara dosen dan mahasiswa. Kita harus berusaha untuk memecahkan masalah. Manusia bebas untuk berpikir atau free thinking, akan tetapi free thinking itu kalah dengan motif. Motif itu tidak harus jelek. Motif bisa mengalahkan pengetahuan. Bagaimanakah solusinya? Solusinya adalah perbanyak baca.
Kemarin dan sekarang itu berbeda, karena manusia mengalami fase kehidupan yang berbeda dari mulai lahir hingga mati. Maka nama filsafat yang tepat adalah sesuai ruang dan waktu, karena diri kita yang dulu dengan diri kita yang sekarang sudah berbeda. Nama adalah penunjuk sifat. Manusia memiliki miliaran sifat. Ada yang tetap ada juga yang tidak tetap. Saat ini manusia merujuk pada dirinya yang tetap. Separuh diri kita tetap, separuh diri kita berubah. Apakah yang tetap? Manusia dari lahir hingga mati tetap adalah ciptaan Tuhan, yang berubah-ubah adalah kemampuannya dan pengalamannya.
Banyak orang yang masih belum dalam posisi siap untuk berfilsafat, tetapi sedang berusaha mengkonstruksi filsafat. Jadi persiapkan dirimu sendiri untuk belajar filsafat. Sesuai dengan sifat, filsafat itu mencari ikon. Tetapi mencari ikon itu sangat penting, sangat baik, sangat bermanfaat, dan sangat berbahaya. Mencari ikon itu artinya yang pertama kita sudah berlaku tidak adil, yang kedua mengeliminasi sifat yang lain. Misal dalam memandang orang lain kita hanya melabeli satu sifat saja, padahal orang lain masih punya berlapis-lapis sifat yang lainnya. Jadi,kita harus sering merefleksi diri kita, karena mungkin kita telah berlaku sombong terhadap orang lain. Kita perlu membangun ilmu dari sedikit demi sedikit. Tidak ada seorang filsuf yang menganggap dirinya filsuf, dirinya menganggap masih dalam tahap belajar. Orang lain saja yang mengatakan bahwa dia adalah filosof. Struktur skema dan substansinya ada karena pengalaman belajarnya. Filsafat tidak hanya tentang benar dan salah. Apapun yang dilakukan manusia adalah kuasa dan kehendak Tuhan. Tidak ada akhirnya dalam belajar filsafat.
Manusia itu terbatas, pikiran dan perkataannya. Tidak mungkin bisa menggambarkan semua jenjang dimensinya. Manusia cenderung mencari ikon dengan cara melakukan reduksi. Sehingga sesuatu benar dan tidaknya itu multiple face. Ada yang bisa menerima dan ada yang sulit menerima tergantung levelnya. Bisa salah menurut siapa dan juga benar menurut siapa. Benar pada kondisi tertentu dan salah kondisi tertentu. Orang juga bisa mengatakan dunia ini tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah karena memang belum ada penjelasannya. Baik dan buruk itu relatif. Benar dan salah adalah epistemologi. Benar meliputi apa yang ada dan apa yang mungkin ada. Benarnya Tuhan adalah absolut dan benarnya manusia adalah relatif. Pikiran manusia itu analitik. Analitik adalah konsistensi dalam pikiran dan kebenaran koheren. Bagaimana benarnya yang mungkin ada? Kerja filsafat dalam menyikapi hal ini ada dua, yaitu menjelaskan pemikiran kita dan mencoba untuk mengerti atau memahami objek yang berada di luar pikiran kita. Hidup menjadi mengalami anomali dan kontradiksi. Solusinya adalah kita harus dalam keadaan berdoa. Berdoalah dengan seluruh kekuatan dalam keadaan sadar.
Anarki adalah perkelahian, pertengkaran, atau tawuran. Anarki terjadi karena perselisihan yang melewati batas atau abnormalitas. Dalam berfilsafat manusia perlu menembus ruang dan waktu, artinya menyesuaikan diri dari struktur yang ada. Filsafat ini menggunakan bahasa analog. Manusia lengkap strukturnya terdiri dari material, formal, normatif, dan spiritual. Jadi mengapa bisa terjadi anarkisme? Karena Indonesia mengalami disorientasi antara barat dan timur. Anarki terjadi karena disorientasi keadaan. Disorientasi juga bisa terjadi pada pemikiran kita tetapi tergantung intuisi. Disorientasi bisa positif bisa juga negatif. Anarkisme ini bisa ada karena unsur kesengajaan, karena setinggi-tingginya ilmu bisa kalah dengan motif. Anarki sifatnya termasuk material. Jadi kita perlu membangun hidup yang ikonik, terserah mau memunculkan ikonik yang seperti apa. Kita juga perlu hidup sehat secara filsafat yang sesuai dengan ruang dan waktu. Mari membangun dunia tanpa konflik. Solusinya adalah doa secara terus menerus.
Artikel ini sangat menarik, singkat namun padat, mungkin lebih menggambarkan bagaimana dalamnya filsafat.
BalasHapus