Kali ini Elegimatik Blog akan membahas mengenai filsafat. Apa itu filsafat? Filsafat adalah tentang olah pikir yang dilakukan oleh manusia. Objek filsafat adalah yang ada dan mungkin ada. Objek bisa di dalam pikir atau diluar pikiran. Objek yang di dalam pikiran mempunyai sifat tetap menurut Permenides dan objek yang di luar pikiran bersifat berubah menurut Heraditosianis. Semuanya berubah tanpa terkecuali. Tiadalah berubah jika semuanya bersifat tetap. Dalam filsafat dipelajari apa yang berubah dan apa yang tetap. Sesuatu yang tetap itu bersifat ideal. Kemudian lahirnya idealisme yang dicetuskan oleh Plato. Sesuatu yang berubah bersifat real. Kemudian lahirnya realisme yang dicetuskan oleh Aristoteles. Muncul juga paham absolutisme yang abstrak berdasarkan pemikiran/ rasionalisme yang ditokohi oleh Rene Descartes dan pluralisme yang lebih nyata dari pengalaman/ empirisme yang ditokohi David Hume. Semakin ke bawah semakin plural yang berurusan dengan dunia dan semakin ke atas semakin tunggal dan lahirlah monoisme yang berurusan dengan akhirat. Jadi antara dunia dan akhirat ada pikiran dan hati. Tunggal itu bersifat hukum identitas A=A, yang didunia kenyataan bersifat hukum kontradiksi A≠A. Jadi matematika murni itu benar apabila dia masih di pikiran tapi begitu diucapkan bisa salah. Urusan dunia bisa berubah bersifat sintetik, sedangkan sebaliknya bisa bersifat konsisten dan koheren. Bisa berubah dan tetap bergantung pada ruang dan waktu.
Suatu ketika terjadi kristalisasi berabad-abad sehingga muncul abad kegelapan dan abad terang. Ketika abad gelap pikiran didominasi oleh gereja. Pikiran itu adalah kebenaran. Tiada seorangpun yang bisa mengklaim kebenaran tanpa restu dan ijin dari gereja. Siapapun yang melanggar akan dihukum. Ini terjadi hingga sekitar abad ke-12 dan abad ke-13. Gereja mengklaim bahwa alam semesta pusatnya adalah bumi. Semua mengelilingi bumi seperti gembala-gembala, kemudian kebenaran itu harus diakui oleh semua umat. Akan tetapi diam-diam Copernicus menyelidiki dengan intuisinya dan membuat buku yang berjudul Revolusi Copernicus yang isinya matahari adalah pusat alam semesta. Bukunya dibaca oleh murid-muridnya termasuk Galileo sedangkan Copernicus mati dihukum. Hal ini menjadi tanda abad modern atau abad terang yang kemudian muncul dua kubu yaitu muncul paham rasionalisme oleh Rene Descartes dan paham empirisme oleh David Hume. Rene Descartes mengatakan bahwa tiada ilmu jika tiada rasio sedangkan David Hume mengatakan tiada ilmu jika tiada pengalaman.
Pada abad ke-17 muncullah seorang Immanuel Kant yang menjadi juru damai antara rasionalis dan empirisis. Immanuel Kant mempelajari antara pikiran dan kenyataan. Kenyataan bersifat sintetik dan a posteriori. A posteriori adalah paham setelah melihat, setelah di dengar, setelah dipersepsi. Manusia dilengkapi pikiran ynag bersifat analitik dan a priori. Analitik artinya konsisten, logis dan koheren. A priori adalah paham walaupun belum dipersepsi tapi cukup menggunakan logika kemudian bisa dirancang. Semua manusia memiliki kemampuan merancang. Merancang merupakan bagian dari a priori. Antara Rene Descartes dan David Hume sama-sama seorang tokoh yang hebat tetapi masing-masing juga punya kekurangannya. Kelemahan Rene Descartes adalah terlalu mendewa-dewakan rasio dan mengabaikan pengalaman sebaliknya kelemahan David Hume terlalu mengagungkan pengalaman dan mengabaikan rasio. Kemudian Immanuel Kant melihat unsur dari kedua paham, unsur dari empiris adalah sintetik a posteriori dan unsur rasionalisme analitik a priori. Selanjutnya diambil sintetiknya dan a priori-nya saja. Jadi sebenar-benarnya ilmu menurut Immanuel Kant adalah sintetik a priori. Sebenar-benarnya ilmu adalah prinsip yang bisa diwujudkan dalam kenyataan dan kenyataan yang bisa dirumuskan prinsipnya. Sebenar-benarnya ilmu adalah teori yang bisa dipraktikkan dan praktik yang bisa diteorikan. Sehingga ilmu juga tentang prinsip dan kenyataan. Semua yang nyata adalah bayangan dari pikiran kita. Immanuel Kant juga mengatakan jika kita mau mengetahui dunia maka tengoklah pikiranmu sendiri, karena dunia persis seperti apa yang kita pikirkan. Baik dan buruk adalah bayangan dari hati kita. Kita bisa mengetahui sesuatu karena adanya intuisi.
Pada tahun 1857 seorang tokoh yang bernama Auguste Comte meninggal. Auguste Comte adalah seorang mahasiswa fakultas teknik salah satu universitas di Perancis, akan tetapi dia tidak lulus dan dikeluarkan dari kampus karena mendalami filsafat. Kemudian dia membuat buku yang berjudul positivisme. Dari sinilah spiritual manusia diuji. Menurut Comte hal yang paling penting adalah tentang membangun dunia, akan tetapi menurutnya agama itu tidak logis. Agama tidak bisa tidak bisa menjadi dasar untuk membangun dunia. Jadi Comte meletakkan agama di bagian paling bawah kemudian di atasnya adalah filsafat dan yang teratas adalah positivisme atau saintifik.
Saat ini Indonesia sedang berusaha membangun struktur negara menggunakan landasan yang paling bawah adalah material, landasan di atasnya adalah formal, landasannya di atasnya lagi adalah normatif dan landasan paling atas adalah spiritual. Saat ini manusia telah mengalami disorientasi dan dipengaruhi oleh jelmaan penguasa dunia yang dibagi menjadi beberapa tingkatan. Tingkatan yang paling rendah adalah archaic (manusia batu). Archaic ini bisa ada di dalam diri kita masing-masing. Tingkatan kedua adalah tribal yaitu hidup yang hanya mementingkan diri sendiri saja dan tidak memikirkan yang lain. Tingkatan ketiga ada tradisional yaitu pemikiran yang masih kuno. Tingkatan ke empat ada feodal. Selanjutnya tingkatan ke lima ada modern. Pemikiran kita mengalami transformasi yang kemudian masuk ke tingkatan selanjutnya yaitu post modern, kemudian ada tingkatan power-now dan paling atas adalah tingkatan post post modern. Power-now bisa berada diluar dan ada didalam pikiran kita sendiri. Manusia sudah semakin tidak sadar telah berubah pikirannya dengan dipengaruhi oleh pilar kapitalisme, pragmatisme, materialisme, utilitarianisme, hedonisme, dan liberalisme. Manusia telah terdisorientasi karakter kehidupan. Disorientasi ini berhubungan dengan kemunafikan. Munafik adalah suatu perilaku. Manusia harus berusaha untuk menghindari kemunafikan. Benturan-benturan kehidupan ini akan terjadi secara terus-menerus. Jadi, ibarat di lautan manusia itu bagaikan ikan-ikan kecil di lautan limbah yang sedang berenang mencari makanan. Seperti itulah manusia, sedang berusaha mencari makna hidup walaupun terkadang terombang-ambing tetapi tetap berusaha untuk bertahan mencari dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi, manusia harus mempunyai ilmu untuk berjuang dan menyelami kehidupan. Ilmu juga diperlukan sebagai bekal untuk bisa membangun bangsa.
Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak dan sopan, terima kasih...